BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hidrosefalus adalah jenis penyakit
yang terjadi akibat gangguan aliran cairan dalam otak (cairan serebro spinal).
Penyakit ini juga ditandai dengan dilatasi vertikal serebra, biasanya terjadi
secara sekunder terhadap obstruksi jalur cairan serebro spinal, dan disertai
oleh penimbunan cairan serebro spinal dalam kranium. (Yongki, dkk 2012)
Angka kejadian hidrosefalus
kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama.
Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua
kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan.
Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi
masalah pediatri
sosial.
Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang
mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis
berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi
dekubitus.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana konsep tentang hidrocefalus ?
- Bagaimana asuhan kebidanan Hydrocephalus ?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep tentang
hidrocefalus
2. Mengetahui asuhan kebidanan
hidrocepalus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hidrosefalus (kepala-air,
istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air dan
"cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal
dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan
aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu
menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan
jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital. (Ngastiyah,1997)
Hidrosefalus adalah suatu keadaan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis,
disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan
atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis.(sudarti, 2010)
Hidrosefalus adalah kelainan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau
pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran
ventrikel. Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi
dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder,
sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut
menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan
ubun-ubun(Cecily,
2002)
2.2 Etiologi
Cairan Serebrospinal merupakan
cairan jernih yang diproduksi dalam ventrikulus otak oleh pleksus koroideus,
Cairan ini mengalir dalam ruang subaraknoid yang membungkus otak dan medula
spinalis untuk memberikan perlindungan serta nutrisi. CSS yang dibentuk dalam
sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke dalam peredaran darah
melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh susunan
saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem,
yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa normal jumlah CSS
90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml
dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml. (Ngastiyah,1997)
Aliran CSS normal ialah dari
ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III, dari tempat ini
melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui
foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui sisterna
magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorbsi CSS
oleh sistem kapiler.
Hidrosefalus terjadi bila terdapat
penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya.
Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang
abnormal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat
jarang terjadi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi
dan anak ialah (Ngastiyah,1997) :
1) Kelainan Bawaan (Kongenital)
- Stenosis akuaduktus Sylvii
Merupakan penyebab
terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60-90%). Aqueduktus dapat merupakan
saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa.
Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif dengan cepat
pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran.
- Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan
ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom Arnould-Jhiari akibat tertariknya
medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum letaknya lebih rendah
dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.
3.
Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia
congenital Luscha dan Magendie yang menyebabkan hidrosefalus obtruktif dengan
pelebaran system ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian
besarnya sehingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa pascaerior.
4.
Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
Dapat terjadi congenital
tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.
2) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul
perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subarahnoid.
Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS
terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau
system basalis. Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis.
Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah
sembuh dari meningitis.
Secara patologis terlihat pelebaran
jaringan piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada
meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah
basal sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada
meningitis purunlenta lokasisasinya lebih tersebar.
3) Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik
yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini di
tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di
lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau
pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya
suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel
III disebabkan kraniofaringioma.
4) Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir
dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal
otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri
.
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung
pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :
- Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).
- Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
- Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
- Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
Hidrosefalus interna menunjukkan
adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal menunjukkan adanya pelebaran
rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus obstruktif
menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan
gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik.
Hidrosefalus arrested menunjukan
keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat
tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi
kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya
terdapat pada orang tua.
Hidrosephalus pada anak atau bayi
pada dasarnya dapat di bagi dua:
Berdasarkan letak obstruksi CSS (
Cairan Serbrospinal ) hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam
dua bagian yaitu :
- Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada
rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel
sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS
tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang
sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya
disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala
peningkatan ICP).
Jenis ini tidak terdapat obstruksi
pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam
jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang
dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah
sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan
gejala – gejala peningkatan ICP)
2. Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat
terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSS.
Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem
vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam
sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering
dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital
pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion)
ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari
obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas
luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura
yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia 12–18 bulan dengan tekanan
intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan gejala–gejala kenaikan
ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang garis suturanya tidak bergabung
terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
2.4 Patofisiologi dan Patogenesis
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak
normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme
yaitu:
- Produksi likuor yang berlebihan
- Peningkatan resistensi aliran likuor
- Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas
adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan
keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel
cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :
- Kompresi sistem serebrovaskuler.
- Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler
- Perubahan mekanis dari otak.
- Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis
- Hilangnya jaringan otak.
- Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan
disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor merupakan awal dari
kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan
aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya
mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena
mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga
menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan
intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor
terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari
hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak.
2.5 Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus
tergantung pada derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS
(Darsono, 2005). Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya
hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :
- Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
Meliputi pembesaran kepala abnormal,
gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala
neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala
terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua
arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari
biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang
kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar
dan berkelok.
2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak
Pembesaran kepala tidak bermakna,
tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi
intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan
penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara
umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah
usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala.
Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala
lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania
biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu:
1. Fontanel anterior yang sangat
tegang.
2. Sutura kranium tampak atau teraba
melebar.
3. Kulit kepala licin mengkilap dan
tampak vena-vena superfisial menonjol.
4. Fenomena ‘matahari tenggelam’
(sunset phenomenon).
Gejala hipertensi intrakranial lebih
menonjol pada anak yang lebih besar dibandingkan dengan bayi. Gejalanya
mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan
pada kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi
tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi).
Kepala bisa berukuran normal dengan
fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi
bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan
anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan badan bayi. Puncak
orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan
penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya vena superfisialis dan
kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak
mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran
vontanela.
Ventirkulogram menunjukkan
pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim
ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional.
Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe
communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan
atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak
hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
A. Bayi :
- Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
- Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
- Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :
v Muntah
v Gelisah
v Menangis dengan suara ringgi
v Lemah
v Diam tanpa
aktivitas
- Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
- Peningkatan tonus otot ekstrimitas.
- Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah terlihat jelas.
- Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas Iris.
- Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”.
- Strabismus, nystagmus, atropi optic.
- Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
B. Anak yang telah menutup suturanya :
Tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial :
- Nyeri kepala
- Muntah
- Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
- Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
- Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
- Strabismus
- Perubahan pupil
2.6 Pemeriksaan
diagnostik
Selain dari gejala-gejala klinik,
keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan
diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :
1) Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
1. Hidrosefalus tipe
kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura,
tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate
dan erosi prosessus klionidalis posterior.
2. Hidrosefalus tipe juvenile/adult
oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan
adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2)
Transimulasi
Syarat untuk transimulasi
adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang
gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu
senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo
dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3) Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi
dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih
garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun
waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini
disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara
fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada
sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi
secara menyeluruh.
4)
Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan
konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus
melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras
masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang
melebar.
Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras
dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis.
Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah
sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5)
Ultrasonografi
Dilakukan melalui
fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan
system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita
hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem
ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi
sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6) CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan
sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III.
Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang
besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh
karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans
gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel
termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7) MRI (Magnetic
Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis
otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan
magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
2.7 Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada
katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan
diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan
akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
- Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
- Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
- Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
- Drainase ventrikule-peritoneal
- Drainase Lombo-Peritoneal
- Drainase ventrikulo-Pleural
- Drainase ventrikule-Uretrostomi
- Drainase ke dalam anterium mastoid
- Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
- Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
- Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam terapi pintas / “ shunting “:
- Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke
dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang
berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
2. Internal
1) CSS dialirkan dari
ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
·
Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna
(Thor-Kjeldsen)
·
Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
·
Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
·
Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
·
Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
2) “Lumbo Peritoneal
Shunt”
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis
Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy
secara perkutan.
2.8 Komplikasi
Komplikasi sering terjadi karena pemasangan
VP shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi disebakan oleh obstruksi
mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari bahan – bahan khusus ( jaringan
/eksudat ) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat dari
pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering menunjukan kegawatan dengan manifestasi
klinis peningkatan TIK yang lebih sering diikuti dengan status neurologis
buruk.
Komplikasi yang sering terjadi
adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari infeksi pada saat
pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis bacterial,
infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP
shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang di sebabkan oleh
reduksi yang cepat pada tekanan ntrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen
oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.
Komplikasi lainnya yang mungkin terjadi
·
Ubun-ubun besar bayi akan melebar dan menonjol
·
Pembuluh darah dikulit makin jelas
·
Gangguan sensorik motorik
·
Gangguan penglihatan( buta)
·
Gerakan bola mata terganggu (juling)
·
Terjadi penurunan aktivitas mental yang progresif
·
Bayi rewel, kejang, muntah-muntah, panas yang sulit
dikendalikan. (yongki, 2012)
2.9 Prognosis
Keberhasilan tindakan operatif serta
prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau tidaknya anomali yang menyertai,
mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang bersama dengan malformasi
lain. Prognosis hidrosefalus infatil mengalami perbaikan bermakna namun tidak
dramatis dengan temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 50-60% bayi akan
meniggal karena hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta. Skitar 40% bayi
yang bertahan memiliki kecerdasan hampir normal. Dengan bedah saraf dan
penatalaksanaan medis yang baik, sekitar 70% diharap dapat melampaui masa bayi,
sekitar 40% dengan intelek normal, dan sektar 60% dengan cacat intelek dan
motorik bermakna. Prognosis bayi hidrosefalus dengan meningomilokel lebih buruk.
Hidrosefalus yang tidak diterapi
akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta kecerdasan. Dari
kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri
atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila
prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai
kecerdasan yang normal.
Pada kelompok yang dioperasi, angka
kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal
dan sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak
hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok
multidisipliner.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
Asuhan Kebidanan
Pada Anak “M” Dengan Hidrocepalus
Di
RSUD
Tanggal masuk : 8 Mei 2001 Jam Masuk : 10.30 WIB
Ruang : Neonatus (Isolasi I) No. Reg. Med : 10042316
Pengkajian : 28- 31 Mei 2001
1.
SUBJEKTIF
A. Identitas
Nama Klien : By. M Nama Orang Tua : Tn. S
Tgl Lahir : 7 Mei 2001 Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pekerjaan : Swasta
Alamat : Simolawang III Alamat : Simolawang III
Nama Klien : By. M Nama Orang Tua : Tn. S
Tgl Lahir : 7 Mei 2001 Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pekerjaan : Swasta
Alamat : Simolawang III Alamat : Simolawang III
B. Keluhan utama
klien dibawa ke RS dengan keluhan karena kepala anak membesar (tidak proporsional) dan tampak
lemah
C. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien
masuk rumah sakit dengan dibawa oleh keluarga/orang tua setelah sebelumnya
dilahirkan karena terdapat pembesaran kepala, Lingkar kepala (ukuran
frontooccipital) 45 Cm. Sutura tidak menutup sempurna dan ubun-ubun tegang.
Kondisi ini mengakibatkan bayi tidak dapat menggerakkan kepala dan selalu
menangis.
b) Riwayat Kehamilan
Selama
kehamilan ibu tidak pernah menderita penyakit, Ibu tidak menderita penyakit
demam, campak, atau perdarahan serta mules yang berlebihan. Ibu juga tidak
pernah mengalami trauma fisik selama kehamilan.
Selama kehamilan ibu selalu memeriksakan dirinya ke Bidan dan Rumah
Sakit. Ibu mengetahui bahwa bayinya akan besar setelah mendapatkan penjelasan
dari dokter dan dianjurkan untuk bersalin di Rumah Sakit.. Ibu tidak
mengkonsumsi jamu atau obat-obatan selama hamil kecuali yang didapatkan dari
Puskesmas/Rumah Sakit.
c) Riwayat Persalinan
Persalinan
dilakukan secara operatif (Sectio Caesarea) di Rumah Sakit AURI dalam kondisi
aterm. Bayi menangis spontan kuat, APGAR Skor 8-10. Bayi/klien tidak mengalami
Cyanosis/icterus. Berat badan saat lahir 3500 gram, Panjang badan 45 Cm. Berat
placenta tidak diketahui.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Orang
tua tidak ada yang menderita penyakit jantung, paru, penyakit kencing manis,
penyakit gondok atau penyakit kronis lainnya. Dari keluarga tidak ada riwayat
keturunan yang mengalami Epilepsi. Terdapat riwayat hidrocephalus dari garis
keturunan ibu.
D. POLA-POLA KESEHATAN
1. Pola Kebutuhan Nutrisi
Anak
mendapatkan minuman ASI dengan jumlah sekitar 350 cc/hari. Klien tidak
mengalami muntah saat makan, kemampuan menghisap cukup kuat.
2. Pola Eliminasi
Klien
BAB 3-5 X/hari, tidak mengalami mencret atau feses cair.
Klien BAK 5 – 7 kali sehari dengan jumlah urine tidak terhitung (kurang lebih 200 cc) warna urine kuning jernih.
Klien BAK 5 – 7 kali sehari dengan jumlah urine tidak terhitung (kurang lebih 200 cc) warna urine kuning jernih.
3.
Pola Aktivitas Latihan
Mata
Klien belum bisa mengikuti gerakan benda secara penuh, reflek mata terhadap
benda baik, Klien belum dapat menggerakkan kepala miring kekanan kekiri. Kepala
cenderung hiperekstensi. Klien hanya di tempat tidur.
Klien tampak menangis bila dilakukan manipulasi berlebih pada kepala atau saat pakaian basah. Suara tangisan hampir tidak terdengar.
Klien tampak menangis bila dilakukan manipulasi berlebih pada kepala atau saat pakaian basah. Suara tangisan hampir tidak terdengar.
4.
Pola Istirahat – Tidur
Klien
tidur sekitar 80 % waktu harian. Klien sering terbangun dengan manipulasi.
2.
OBJEKTIF
A. Keadaan umum
Kesadaran :
Composmentis
Nadi :
120 X/menit
Pernafasan :
40 X/ menit
Suhu tubuh :
37,2⁰C
Panjang Badan :
45 Cm
Berat Badan :
3500 gram
Lingkar Kepala :
45 Cm
Lingkar Dada :
37 Cm
B. Pemeriksaan fisik
Kulit :
Turgor elastis, hiper/hipopigmentasi tidak ada, cyanosis
tidak ada, icterus tidak ada, tumor dan oedema tidak ditemukan. Terdapat lesi
pada telinga kiri dan ruam pada pipi, abdomen dan kepala bagian parietal kanan.
Keadaan balutan cukup bersih.
Kepala :
Bentuk kepala tidak simertis, sutura belum menutup. Bentuk
tulang kepala cenderung melebar pipih pada tulng parietal (ship shape). Tidak
ada hematoma, moulage relatif. Tidak ada caput succadeum maupun cephal
hematoma. Kulit kepala tegang.
Mata :
Posisi simetris, ditemukan sunset sign, kornea jernih, iris
simetris ukuran 10 mm, reflek pupil positif simetris, conjungtiva ananemis,
sclera anicteric, hifema tidak ditemukan, ptosis, nigtagmus tidak ditemukan.
Hidung :
Simetris, bersih, Conchae tidak membesar, tidak ada pernafasan
cuping hidung, terdapat sedikit lendir pada hidung
Telinga :
Simetris, bersih, tidak ada tanda radang telinga/mastoid.
Membrana timphani utuh. Refleks terhadap suara kurang (blink refleks negatif)
Mulut :
Bibir tidak cyanosis, mukosa mulut lembab, bibir tremor
tidak ditemukan, tonsil tidak membesar, oropharing tidak hiperemis. Suara
tangisan lemah hampir tak terdengar.
Leher :
Leher :
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thiroid dan kelenjar
submandibular. Tidak ditemukan distensi vena jugularis.teraba shunt
Dada :
Inspeksi : Lingkar
dana 37 Cm, bentuk simetris, trhill apex tidak ditemukan,
Palpasi : Gerak
dada simetris, focal fremitus simetris, teraba shunt
Perkusi :
Tidak ditemukan pekak abnormal
Auskultasi : Suara
napas lapang paru vesikuler tanpa wheezing dan ronchii. Suara jantung S1S2
tanpa split/ suara jantung tambahan.
Perut :
Bentuk simetris, tidak ditemukan massa, kulit supel,
distensi vena abdominal tidak ditemukan, nyeri tekan tidak terindikasi, Bising
usus tidak meningkat, abdominal bruits tidak ditemukan, Tidak ditemukan
pembesaran limfe / hepar.
Ekstremitas :
Lingkar lengan kiri 8 Cm, bentuk simetris tanpa ada
lesi/bekas lesi. Tidak ditemukan deformitas, krepitasi.
Genital :
Testis sudah turun, simetris, tidak terdapat pembesaran
abnormal, tidak terdapat fimosis.
Anus
Lubang anus ada, posisi simetris
Refleks :
Refleks morro : positif
Refleks Plantar : baik, simetris
Sucking refleks : positif, kuat
Rooting refleks : positif
Anus
Lubang anus ada, posisi simetris
Refleks :
Refleks morro : positif
Refleks Plantar : baik, simetris
Sucking refleks : positif, kuat
Rooting refleks : positif
C. Pemeriksaan Penunjang :
Radiologi : Gambaran Scanning menunjukkan tidak adanya massa/tumor dan terjadi pembesaran pada ventrikel III
Laboratorium (tanggal 28 dan 26 Mei 2001)
Hb : 11,2 mg% (13,4 – 18)
Ht : 37 % (40 – 54%)
Eritrosit : 3.560.000 (4,5 – 6,5 juta)
Leukosit : 13700 (9000-11.000)
Trombosit : 342.000 (150-450 ribu)
LCS
Sel : 43 (0 – 5)
Monomuchlear : 88%
PMN : 12 %
Pemeriksaan gram : (-)
Pemeriksaan kultur : (-)/E. Colli
Radiologi : Gambaran Scanning menunjukkan tidak adanya massa/tumor dan terjadi pembesaran pada ventrikel III
Laboratorium (tanggal 28 dan 26 Mei 2001)
Hb : 11,2 mg% (13,4 – 18)
Ht : 37 % (40 – 54%)
Eritrosit : 3.560.000 (4,5 – 6,5 juta)
Leukosit : 13700 (9000-11.000)
Trombosit : 342.000 (150-450 ribu)
LCS
Sel : 43 (0 – 5)
Monomuchlear : 88%
PMN : 12 %
Pemeriksaan gram : (-)
Pemeriksaan kultur : (-)/E. Colli
5. ANALISA DATA
Bayi M lahir CS
dengan hidrocepalus
6. PENATALAKSANAAN
NO
|
HARI/TGL
|
TINDAKAN
|
IMPLEMENTASI
|
1.
|
Senin
28 mei 2001
|
· Observasi keadaan umum
· Observasi TTV
· Observasi lingkar kepala
· Jelaskan mengenai nyeri
· Atur posisi pasien
· Kolaborasi dengan medis untuk pemberian Analgesik
|
S
·
Ibu mengatakan ada keluhan nyeri kepala
·
Anak meringis dan menangis dan gelisah
·
Ibu mengerti dengan penjelasan mengenai nyeri
O
·
Keadaan umum lemah
·
Kesadaran composmetis
·
TTV:
T : 37.7o C
N : 120 X/ mnt
R : 40 X /mnt
·
Lingkar kepala: 51 cm
·
Posisi pasien miring
A
Masalah
belum teratasi
P
Intervensi
dilanjutkan
|
2.
|
Selasa
29 mei 2001
|
· Observsasi keadaan umum klien
· Observasi TTV
· Observasi
lingkar kepala
· Anjurkan
anak untuk bedres total
· Berkolaborasi
dengan dokter untuk melakukan pembedahan
· Jelaskan
pada orang tua tentang masalah anak terutama ketakutannya menghadapi operasi
otak dan ketakutan terhadap kerusakan otak.
· Berikan
informasi yang cukup tentang prosedur operasi dan berikan jawaban dengan
benar dan sejujurnya serta hindari kesalahpahaman
|
S
· Ibu mengatakan
ankanya muntah tubuhnya masih panas
· Anaknya masih
gelisah dan rewel
O
· Keadaaan umum: membaik
· Kesadaran: composmetis
· TTV:
T : 37 oC
R: 40x/mnt
N: 120x/mnt
·
Lingkar kepala: 52
·
Anak istirahat dengan baik
A
Masalah belum teratasi
P
intervensi dilanjutkan (persiapan
operasi)
|
3.
|
Rabu
30 mei 2001
|
· Observasi keadaan umum
· Observasi TTV
· Kolaborasi dalam
proses penyembuhan
· Kaji lokasi dan dan lakukan
perawatan luka untuk meminimalkan terjadinya infeksi.
· rasa nyaman sehubungan dengan
tekanan pada kulit yang dilakukan shunt.
· Kolaborasi
dengan tim medis bila ada kesulitan dalam pemompaan shunt.
· Berikan posisi yang nyama. Hindari posisi pada
tempat dilakukan shunt.
|
S
· ibu mengatakan anaknya masih lemah
· Ibu mengatakan anaknya dapat tidur
dengan baik
· Ibu mengatakan anaknya masih rewel
tapi telah berkurang
O
· Keadaan umum: lemah
· Kesadaran: composmetis
· TTV :
T: 36o C
R:35 X/menit
N: 100 X/ menit
· Anak dalam keadaan bedres total
setelah opersi
· perubahan posisi fleksi atau
miring
· keadaan luka:
Kondisi luka bersih
Diberi salep antibiotik
Luka operasi tertutup
Penutup bersih dan kering
A
Masalah sebagian teratasi
P
Intervensi dilanjutkan ( perawatan
pasca operasi)
|
4.
|
Kamis
31 mei 2001
|
· Observasi keadaan umum
· Observasi TTV
· Kaji keadaan luka operasi
· Bersihkan lingkungan klien dari
benda berbahaya
· -Mengatur posisi klien
-memasang pakaian agak longgar
· Memberikan penkes kepada ibu untuk
merawat anaknya
|
S
· Ibu mengatakan anaknya sudah tidak
rewel
· Ibu mengatakan anaknya sudah
membaik
· Ibu mengatakan akan selalu
berhari-hti membawa bayinya
O
· Keadaan umum : membaik
· Kesadaran : composmetis
· TTV:
T: 36,5o C
N: 30 X/ menit
R: 90 X/menit
· Keadaan luka:
Luka mulai kering
Kondisi luka bersih
Diberi salep antibiotik
Luka operasi tertutup
Penutup bersih dan kering
A
Masalah teratasi
P
Intervensi dihentikan
|
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS)
dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga terdapat
pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
§ Hidrochepalus komunikan
§ Hidrochepalus non-komunikan
§ Hidrochepalus bertekanan normal
Insidens hidrosefalus pada anak-anak
belum dapat ditentukan secara pasti dan kemungkinan hai ini terpengaruh situasi
penanganan kesehatan pada masing-masing rumah sakit.
4.2. Saran
Tindakan alternatif selain operasi
diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang yang mengalami sumbatan didalam
sistem ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik semacan ini perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Cecily L.Betz,2002.Keperawatan
Pediatri.Jakarta.EGC
Ngastiyah,1997.Perawatan Anak Sakit.Jakarta.EGC
Sudarti,
endang khoirunnisa,2010.asuhan kebidanan
neonatus, bayi, dan anak balita. Yogyakarta.nuha medika
Yongky,Muhammad Judha,2012.Asuhan
Pertumbuhan Kehamilan,
Anonymous,2010.http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/hidrosefalus/.Diakses
tanggal 28 Agustus 2014
Posting Komentar untuk "ASUHAN KEBIDANAN HIDROCEFALUS"